Kamis, 03 November 2016

sejarah rumah sakit umum ahmad yani metro lampung

> Sejarah

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
 Sejarah singkat
Awal berdirinya rumah sakit ini dimulai sejak tahun 1951 dengan nama Pusat Pelayanan Kesehatan (Health Center), yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah disekitar Kota Metro, dengan kondisi yang serba terbatas dimasa itu, tetap dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai satu-satunya pusat pelayanan kesehatan (Health Center) di Kota Metro.
Pada tahun 1953 fungsi pelayanan kesehatan sudah dapat ditingkatkan melalui keberadaan penggabungan bangsal umum pada unit pelayanan kesehatan Katolik (sekarang RB.Santa Maria) sebagai rawat inap bagi pasien, dan pada tahun 1970 bertambah lagi sarana bangsal perawatan umum dan perawatan bersalin.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.031/BERHUB/1972, Rumah Sakit Umum Ahmad Yani secara sah berdiri sebagai Rumah Sakit Umum Daerah tipe D, sebagai UPT Dinas Kesehatan TK II Lampung Tengah. Setelah beroprasi lebih kurang 15 tahun tepatnya pada tahun 1978 berhasil meningkatkan status menjadi Rumah Sakit tipe C berdasarkan SK. MenKes. No.303/MENKES/SK/IV/1987, yang memiliki sarana rawat inap berkapasitas 156 tempat tidur, dan berperan sebagai pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan untuk Wilayah Kabupaten Lampung Tengah serta sekaligus sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kabupaten TK II Lampung  Tengah.
Berdasarkan surat Bupati Kepala Daerah TK.II Lampung Tengah Nomor 445/7423/03/1995 tanggal 27 Desember 1995, dan persetujuan Mendagri dengan surat No.445/883/PUOD/1996, tanggal 22 maret 1996 RSUD Jend. A. Yani meningkat menjadi  Unit Swadana artinya disuatu sisi bukti kemampuan pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah. Ahmad Yani sudah dianggap layak, dan sisi lain tentunya peningkatan tanggungjawab terhadap eksistensi rumah sakit dimasa yang akan datang.
Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani, adalah semula Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, yang kemudian aset tanah dan bangunan pada bulan Januari 2002 berdasarkan SK Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor : 188.342/IV/07/2002, diserahkan kepada pemerintah Daerah Kota Metro.
Pada tahun 2003 RSUD Jend. A. Yani sebagai salah satu lembaga organisasi layanan publik dibawah Kepemerintahan Kota Metro dengan fungsi peranan lembaga teknis Daerah disamping memiliki keterkaitan struktural juga mempunyai kewenangan, otonomi seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang No.32 tahun 2004, yang secara subtantial dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat di Kota Metro dan sekitarnya.
Pada tanggal 28 Mei tahun 2008 berdasarkan Kepmenkes RI No : 494/MENKES/SK/V/2008, Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani  meningkat kelasnya yaitu dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan yang memiliki jumlah tempat tidur rawat inap 212.
Berdasarkan   Perda Kota Metro No. 7 Tahun 2008 bahwa RSUD Jend. A. Yani merupakan Lembaga Teknis Daerah namun pada tanggal 30 Desember 2010 dengan Peraturan Walikota Metro NO : 343/KPTS/RSU/2010, RSUD Jend. A. Yani ditetapkan sebagai Instansi Pemerintah Kota Metro yang menerapkan PPK-BLUD.
Rumah Sakit Umum dalam pelayanan kesehatan memberikan pelayanan antara lain kuratif, rehabilitatif, preventif dan promotif. Kepada pengguna jasa pelayanan kesehatan serta masyarakat dari wilayah Kota Metro dan sekitarnya. Hal ini menuntut agar RSUD Jend. A. Yani harus memiliki keunggulan kompetitif (Competitive advantages) agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan yang baik sehingga tidak ditingalkan oleh pelanggannya.
Visi, Misi Falsafah dan tujuan Rumah Sakit adalah sebagai pedoman untuk terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas terjangkau dan adil bagi masyarakat penguna jasa pelayanan kesehatan.
sumber : http://www.rsuayanimetro.com/statis-7-sejarah.html

sejarah kota metro

Sejarah Kota Metro[sunting | sunting sumber]

Zaman Penjajahan Belanda[sunting | sunting sumber]

Kolonis Tiba di Metro (1939)
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih [5] yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung. [6] Namun, pada awal tahun 1936 Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa (kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan. [7] Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936.[8]
Pada tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro [9] dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten demang) pertama. Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda. Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya masing-masing.
Kediaman asisten wedana Metro pada masaHindia Belanda
Marga terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.
Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi.[10] Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon.[11] Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat. Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (bahasa Perancis "leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari Sungai Way Sekampung ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang diwajibkan dan bekerja dalamshift. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1941.[12]

Zaman Penjajahan Jepang[sunting | sunting sumber]

Setelah invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil Belanda dievakuasi atau ditangkap. [13] Program migrasi dilanjutkan di bawah nama Kakari Imin[14] dan tujuh puluh migran Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam pembangunan landasan di Natar dan Astra Ksetra, serta berbagai bunker dan aset strategis lainnya; mereka yang menolak ditembak.[13]
Warga lainnya kurang gizi, dengan hasil panen mereka yang diambil oleh pasukan pendudukan Jepang. Penyakit menyebar secara merajalela ke seluruh warga, yang dibawa oleh kutu. Kematian umum terjadi, sedangkan para perempuan termasuk istri-istri para pekerja paksa, diambil sebagai wanita penghibur.[14]
Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu.
Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:
  1. Teluk Betung Ken
  2. Metro Ken
  3. Kotabumi Ken
Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di bawah komando Letnan Dua (Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur. Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan menyerang dari Tegineneng, akhirnya memasuki kota dan menewaskan tiga tentara Indonesia. [15]. Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen di Tempuran, Lampung Tengah tepatnya di pintu masuk Kota Metro.

Zaman Indonesia Merdeka[sunting | sunting sumber]

Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:
  • Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
  • Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenen Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
  • Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.
Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro).
Dalam praktik, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat.

Asal nama Kota Metro[sunting | sunting sumber]

Versi pertama nama Metro berasal dari kata “Meterm” dalam Bahasa Belanda yang artinya “pusat" yang artinya di tengah-tengah antara Lampung Tengah dan Lampung Timur, bahkan ditengah (center) Provinsi Lampung.[9][16]. Versi kedua nama Metro berasal dari kata "Mitro" (Bahasa Jawa) yang berarti artinya teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatera yang masuk ke daerah Lampung. .[9] Namun, yang paling relavan adalah, Metro berasal dari bahasa Belanda, ini didukung kuat dengan sejarah dan berdirinya sebuah landmark berupa menara yang dinamakan Menara Meterm (Meterm Tower) yang berada di Taman Merdeka, Alun-Alun Kota Metro. Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948).

Hari Jadi Kota Metro[sunting | sunting sumber]

Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.
Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya. Jika datang ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dan seterusnya sampai 67 di Sekampung (sekarang masuk dalam wilayah Kab. Lampung Timur). Bedeng yang termasuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 14-2, 15, 16a, 16c, dan seterusnya. Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik. Di Kota Metro banyak masyarakat yang menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dengan sebutan 16c dibanding Mulyojati, daerah 22 dibanding Hadimulyo, atau 21c dibanding Yosomulyo.
Setelah ditempati oleh para kolonis, daerah bukaan baru yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuba ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah dan berkembang.
Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini dipisahkan dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Kota Metro dipimpin oleh seorang Walikota. Dikarenakan keadaan dan status wilayah yang ada di Kota Metro. Saat ini, jabatan wali kota Metro dijabat oleh Achmad Pairin dengan jabatan wakil wali kota dijabat oleh Djohan Pahlawan.

Sebelum 1986[sunting | sunting sumber]

Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa.
Adapun 6 kelurahan itu adalah:
  1. Kelurahan Metro
  2. Kelurahan Mulyojati
  3. Kelurahan Tejosari
  4. Kelurahan Yosodadi
  5. Kelurahan Hadimulyo
  6. kelurahan Ganjar Agung
Sedangkan 11 desa tersebut adalah:
  1. Desa Karangrejo
  2. Desa Banjar Sari
  3. Desa Purwosari
  4. Desa Margorejo
  5. Desa Rejomulyo
  6. Desa Sumbersari
  7. Desa Kibang
  8. Desa Margototo
  9. Desa Margajaya
  10. Desa Sumber Agung
  11. Desa Purbosembodo

1986 sampai dengan 2000[sunting | sunting sumber]

Atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986 dibentuk Kota Administratif Metro yang terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul vang diresmikan pada tanggal 9 September 1987 oleh Menteri Dalam Negeri.
Pada perkembangannya lima desa di seberang Way Sekampung atau sebelah selatan Wav Sekampung dibentuk menjadi satu kecamatan, yaitu kecamatan Metro Kibang dan
dimasukkan ke dalam wilayah pembantu Bupati Lampung Tengah wilayah Sukadana (sekarang masuk menjadi Kabupaten Lampung Timur). Dan pada tahun yang sama terbentuk 2 wilayah pembantu Bupati yaitu Sukadana dan Gunung Sugih.
Dengan kondisi dan potensi yang cukup besar serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Metro tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan juga pusat pemerintahan, maka sewajarnyalah dengan kondisi dan potensi yang ada tersebut Kotif Metro ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Metro.
Harapan memperoleh Otonomi Daerah terjadi pada tahun 1999, dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 di Jakarta bersama-sama dengan Kota Dumai (Riau), Kota Cilegon, Kota Depok (Jawa Barat ), Kota Banjarbaru (Kalsel) dan Kota Ternate (Maluku Utara).
Kota Metro pada saat diresmikan terdiri dari 2 kecamatan, yang masing-masing adalah sebagai berikut:
Kecamatan Metro Raya, membawahi:
  1. Kelurahan Metro
  2. Kelurahan Ganjar Agung
  3. Kelurahan Yosodadi
  4. Kelurahan Hadimulyo
  5. Kelurahan Banjarsari
  6. Kelurahan Purwosari
  7. Kelurahan Karangrejo
Kecamatan Bantul, membawahi:
  1. Kelurahan Mulyojati
  2. Kelurahan Tejosari
  3. Desa Margorejo
  4. Desa Rejomulyo
  5. Desa Sumbersari

2000 sampai sekarang[sunting | sunting sumber]

Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan.
  1. Metro Barat: 11,28 km²
  2. Metro Pusat: 11,71 km²
  3. Metro Selatan: 14,33 km²
  4. Metro Timur: 11,78 km²
  5. Metro Utara: 19,64 km²
Peta Administrasi Kota Metro
  • Kelurahan Metro
  • Kelurahan Imopuro
  • Kelurahan Hadimulyo Timur
  • Kelurahan Hadimulyo Barat
  • Kelurahan Yosomulyo
  • Kelurahan Iringmulyo
  • Kelurahan Yosodadi
  • Kelurahan Yosorejo
  • Kelurahan Tejosari
  • Kelurahan Tejoagung
  • Kelurahan Mulyojati
  • Kelurahan Mulyosari
  • Kelurahan Ganjar Asri
  • Kelurahan Ganjar Agung
  • Kelurahan Banjar Sari
  • Kelurahan Karang Rejo
  • Kelurahan Purwosari
  • Kelurahan Purwoasri
  • Kelurahan Sumbersari
  • Kelurahan Margorejo
  • Kelurahan Margodadi
  • Kelurahan Rejomulyo

Perluasan Wilayah[sunting | sunting sumber]

Dengan alasan historis, kota Metro menegaskan dukungan sepenuhnya atas ekspansi hingga ke Kecamatan Punggur (Lampung Tengah)Pekalongan (Lampung Timur)Trimurjo (Lampung Tengah) , dan Metrokibang (Lampung Timur).[17] Namun kurang berjalan sesuai rencana. Bupati Lampung Tengah sebenarnya mengizinkannya kalau diizinkan oleh pemerintah pusat. [18]

Walikota[sunting | sunting sumber]

Sejak menjadi kota dari tahun 1999 sampai saat ini Walikota Metro secara berturut-turut adalah:
  • Mozes Herman - Lukman Hakim (2000-2005)
  • Lukman Hakim - Djohan Pahlawan (2005-2010)
  • Lukman Hakim - Shaleh Chandra (2010-2015)
  • Achmad Pairin - Djohan Pahlawan (2016-sekarang)

Perwakilan[sunting | sunting sumber]

Pada Pemilu Legislatif 2014, DPRD Kota Metro adalah sebanyak 25 orang dan tersusun dari perwakilan 8 partai.[19]

Perangkat[sunting | sunting sumber]

Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang peresmiannya dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro pada mulanya dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 yang terdiri dari 9 Dinas Otonom Daerah, yaitu: 10 Bagian Sekretariat Daerah, 4 Badan dan 2 Kantor. Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, Pemerintah Daerah Kota Metro melakukan penataan organisasi Perangkat Daerah sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Metro secara rinci adalah sebagai berikut:
  1. Sekretariat Daerah, terdiri dari:
    1. Asisten I/Pemerintahan, meliputi Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Humas dan Protokol.
    2. Asisten II/Pembangunan, meliputi Bagian Perekonomian, Administrasi Pembangunan, Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan.
    3. Asisten III/Administrasi, meliputi Bagian Organisasi, Bagian Keuangan Bagian Perlengkapan dan Bagian Umum.
  2. Sekretariat DPRD, terdiri dari:
    1. Bagian Persidangan
    2. Bagian Hukum
    3. Bagian Keuangan
    4. Bagian Umum
  3. Dinas Daerah, terdiri dari:
    1. Dinas Pekerjaan Umum
    2. Dinas Kesehatan
    3. Dinas Pendidikan
    4. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
    5. Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup
    6. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
    7. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
    8. Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
    9. Dinas Pertanian
    10. Dinas Pasar
    11. Dinas Pendapatan Daerah
  4. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari:
    1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
    2. Inspektorat Kota Metro
    3. Badan Kepegawaian Daerah
    4. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana
    5. Rumah Sakit Umum Ahmad Yani
    6. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
    7. Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Terpadu
    8. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
    9. Satuan Polisi Pamong Praja
    10. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Layanan Publik[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit dan Klinik[sunting | sunting sumber]

  • RSUD Ahmad Yani Metro
  • RS Islam Metro
  • RS Mardi Waluyo
  • RSU Muhammadiyah
  • RS AMC (Anugerah Medical Center)
  • RSIA Permata Hati
  • Klinik Laodikia, Hadimulyo Timur
  • Klinik Azizah, District 15B Timur
  • Klinik Nabawi Medika, District 16c Metro Barat
  • Puskesmas Metro Pusat
  • Puskesmas Metro Utara
  • Puskesmas Metro Selatan
  • Puskesmas Metro Timur
  • Puskesmas Metro Barat

Perpustakaan[sunting | sunting sumber]

Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota tepatnya di Kawasan II Pusat Pemerintahan Kota Metro. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka, arsip daerah dan sejarah, Koneksi Internet WiFi fiber optic kecepatan tinggi dan air conditioning (AC). Perpustakaan ini dibangun sejak tahun 2002 hingga sekarang sekarang. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi masyarakat Kota Metro dan kabupaten sekitarnya.

Hotel[sunting | sunting sumber]

  • Hotel Masdalifa
  • Hotel Indah Permai
  • Hotel Citra I
  • Hotel Citra II
  • Hotel Citra III
  • Hotel Familie 2
  • Hotel Nuban
Masjid Taqwa di Alun Alun Kota Metro Setelah Direnovasi

Rumah ibadah[sunting | sunting sumber]

  • Masjid Taqwa Kota Metro
  • Gereja Katholik Hati Kudus Yesus 21a Metro
  • Wihara Buddha Dharma Dipa

Fasilitas Olah Raga[sunting | sunting sumber]

Kota Metro memiliki beberapa fasilitas olah raga di antaranya:
  • GOR Jurai Siwo
  • Lapangan Tenis Metro
  • Stadion Tejosari
  • Lapangan Samber
  • Lapangan Hadimulyo Barat
  • Lapangan Hadimulyo Timur (Lap. SD)
  • Lapangan Futsal di berbagai tempat seperti Intan Sport, Wawai Sport Center, dan lain-lain.

Landmark atau Ikon Kota[sunting | sunting sumber]

  • Tugu Pena Buku, Bundaran Kota Metro
  • Tugu Meterm, Taman Merdeka Metro
  • Menara Air Kota Sehat Metro
  • Tugu pesawat Latisardanus
  • Monumen Buku dan Pena Perbatasan Ganjar Agung, Kota Metro - Trimurjo, Lam-Teng
  • Masjid Agung Taqwa, Alun-Alun Metro
  • Monumen Pengantin Lampung

Hutan kota[sunting | sunting sumber]

Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Hutan kota yang terdaftar yaitu:
  • Hutan Kota Linara Tejoagung - Metro Timur
  • Hutan Kota Stadion Tejosari – Metro Timur
  • Hutan Kota Terminal 16 C Mulyojati – Metro Barat
  • Hutan Kota Tesarigaga Ganjarasri dan Ganjaragung - Metro Barat
  • Bumi Perkemahan Sumbersari – Metro Selatan
  • Hutan Kota Rejomulyo, SMAN 6 Metro Selatan

Taman Kota[sunting | sunting sumber]

  • Taman Merdeka di depan kantor walikota
  • Taman Demokrasi di Kelurahan Ganjar Agung
  • Taman Mulyojati
  • Taman Induk Terminal
  • Taman Pendidikan Kihajar Dewantara di Keluruhan Iringmulyo (Depan RUSUNAWA PU, Metro)
Charly VHT Family Karaoke di Kota Metro

Pariwisata dan hiburan[sunting | sunting sumber]

  • Waterpark and Waterboom Palem Indah
  • Kolam Renang Stadion Tejosari
  • Bendungan Dam Raman
  • Griya Kebun 38
  • Jembatan Gantung 28, Metro Utara
  • Grand Charly VHT Family Karaoke
  • Inul Vizta Family KTV
  • Jembatan Pelita, Rejomulyo, Metro Selatan
  • Timezone Center, Chandra Dept. Store Lt.3 Kota Metro
  • Goa Warak, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
  • Goa Macan, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
Sayangnya, situs warisan kolonial belanda yang dimiliki Kota Metro yaitu Masjid Taqwa, Kota Metro kini telah hilang dan digantikan dengan arsitektur yang lebih modern dan mewah.

Bioskop[sunting | sunting sumber]

Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 4 bioskop yaitu Nuban Ria Theater, Metropole Theather Dep. Store Chandra, Bioskop Misbar (Gerimis Bubar) dan Bioskop Shopping. Namun sekarang sudah ditutup semua. Bahkan sudah digantikan dengan bangunan yang baru atau dialih fungsikan seperti Bioskop Nuban Ria yang dihancurkan dan diganti dengan Ruko Nuban Center senada dengan Metropole Theater yang beralih fungsi sebagai bagian fashion di Departement Store Chandra serta bioskop misbar yang kini menjadi ruko dan bangunan rumah
Keripik Pisang Khas Metro, Lampung

Makanan khas[sunting | sunting sumber]

  • Keripik Pisang
Keripik pisang merupakan oleh-oleh khas Lampung yang dijual di Yosodadi, Distrik 21 Metro Timur, Supermarket lokal, serta deretan Toko oleh-oleh di Distrik 21. Uniknya dari keripik pisang khas Kota Metro yaitu jenis keripik yang sekali makan (Bit size) dan berpori (Berlubang lubang) seperti waffle dengan rasa yang bermacam-macam, contohnya yang paling populer yaitu keripik pisang rasa coklat, original, keju, susu, melon, moka, dan lain-lain dengan berbagai merk dan kemasan.
  • Kemplang
Kemplang merupakan sebuah jenis kerupuk yang digoreng dengan pasir atau dipanggang yang menimbulkan rasa khas. Kemplang dapat dijumpai di daerah Distrik 22a tepatnya Kelurahan Hadimulyo Timur dan Distrik 15b Timur, Kelurahan Imopuro Metro Pusat.
  • Seruit dan Pindang
Makanan Khas Lampung dan Sumatera Selatan ini banyak sekali dijumpai di Kota Metro, Seperti di 21 Yosomulyo, Distrik 21c (Rawasari), dan di daerah Koramil Distrik 22 Hadimulyo Barat

Bank dan ATM[sunting | sunting sumber]

Semua bank pemerintah dan swasta nasional sudah semuanya memliki cabang di Metro. ATM dengan mudah dapat ditemui di dalam wilayah kota ini.
  • ATM BNI: Kantor Pusat BNI di 21, RS Ahmad Yani, RS Mardi Waluyo, Kampus, Chandra Supermarket
  • ATM Mandiri: Kantor Pusat Bank Mandiri di 21 Metro
  • ATM BRI: Kantor Pusat BRI di Jl. Jend. Soedirman (Samping Bank Danamon), Depan Polres Metro, Dan 15B Timur (Samping Creative Computer)
  • ATM BCA: Kantor Pusat Bank Mandiri di Jl Jend. Soedirman, Chandra Supermarket, dan Pertokoan M3
  • ATM Bank Eka: Kantor Pusat Bank Eka di 15A
  • ATM Bank Mega: Kantor Pusat Bank Mega Jl. Jend. Sudirman (Depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) )
  • ATM Bank Danamon, Kantor Pusat Bank Danamon (Depan Pertokoan M3)
  • ATM Bank Sinarmas, Kantor Pusat Pertokoan Metro Mega Mall (M3)
  • ATM Bank Lampung: Kantor Pusat Bank Lampung, Alun Alun Kota Metro

Kepolisian (Keamanan publik)[sunting | sunting sumber]

Di Kota Metro terdapat Polresta Metro yang membawahi beberapa Polsek.

Militer[sunting | sunting sumber]

  • Kodim di 22 Hadimulyo Barat, Metro
  • Koramil Distrik 15a Metro

Kependudukan[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan sensus BPS, kota ini memiliki populasi penduduk sebanyak 160,729 jiwa (sensus 2016),[3] dengan luas wilayah sekitar 68,74 km2.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Agama[sunting | sunting sumber]

Islam adalah agama mayoritas yang dianut masyarakat Kota Metro. Selain itu ada juga yang beragama Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Etnis & Suku Bangsa[sunting | sunting sumber]

Mayoritas penduduk kota Metro berasal dari etnis Jawa. Etnis berikutnya yang cukup mudah ditemui di Kota Metro yaitu etnis Lampung, Sunda, Padang, dan Banten. Orang Jawa di Metro tersebar di hampir semua kawasan kota dan umumnya telah membaur dengan orang dari etnis lain sejak masa kolonialisme.

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Metro yang plural menggunakan berbagai bahasa seperti bahasa setempat yang disebut Bahasa LampungBahasa IndonesiaBahasa JawaBahasa Minang, Bahasa Sunda dan beberapa bahasa daerah lainnya. Aksi kolonisasi terhadap transmigran dari jawa dan pembukaan lahan yang dilakukan oleh kolonis yang dibawa oleh Belanda tersebut, membuat di Kota Metro biasa dijumpai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.

Mata pencaharian penduduk[sunting | sunting sumber]

Mata pencaharian penduduk Kota Metro pada tahun 2005 bergerak pada sektor pemerintahan (28,56%), sektor perdagangan (28,18), sektor pertanian (23,97%), transportasi dan komunikasi (9,84%) serta konstruksi (5,63%). Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, seperti Lampung Tengah dan Lampung Timur yang mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di pagi, siang dan sore hari penduduk Metro lebih padat dibanding jumlah penduduk resminya.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Daftar pusat perbelanjaan di Kota Metro[sunting | sunting sumber]

  • Pasar Modern Metro
  • Pertokoan M3 (Metro Mega Mall)
  • Shopping Center atau Pertokoan Metro
  • Department Store Chandra Metro
  • Giant Express
  • PB Swalayan
  • Superrmarket & Mall Bahan Bangunan IndoMetro.
  • Multi-M Kota Metro
  • Menara Metro
  • PB Kado 21 dan Swalayan
  • Department Store Chandra Metro
  • Chandra Mart
  • Rumah Belanja Chandra

Daftar pasar tradisional di Kota Metro[sunting | sunting sumber]

  • Pasar Kopindo,[20]
  • Pasar Cendrawasih
  • Pasar Margorejo[20]
  • Pasar Tradisional Modern Tejosari (24)
  • Pasar Tradisional 24
  • Pasar Burung dan Unggas Ganjar Agung
  • Kompleks Nuban Center
  • Kompleks Pertokoan Sumur Bandung, merupakan tempat berburu onderdil otomotif dan aksesorinya yang cukup lengkap dan berburu jajanan pasar dan kuliner di saat senja hingga malam hari.

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Jalan raya[sunting | sunting sumber]

Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan masuk dan keluar Metro mulai dilebarkan. Perbaikan dan pengaspalan sedang dilakukan, akibat jalan di Kota Metro rusak parah akibat pengalihan jalur sehingga kendaraan raksasa yang melebihi Tonase masuk ke jalur dua (Alun Alun) Kota Metro dan menyebabkan rusaknya jalan utama akbat kendaraan berat. Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai kota penting kedua di Provinsi Lampung ini.

Angkutan dalam kota[sunting | sunting sumber]

Terletak 52 kilometer dari Bandar Lampung,[4] Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal sebagai Kota Pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Tengah ,Pesawaran dan Lampung Timur penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota ini. Demikian sebaliknya di siang hari saat pulang sekolah. Sehingga, angkutan kota tersebar ke segala penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas pelajar dan penduduk Metro. Selain itu banyak pula pedagang dari kabupaten tersebut yang melakukan jual beli barang dan jasa di kota ini melalui Angkutan kota.
Berikut daftar trayek angkutan kota di Metro
No.KeteranganWarna angkot
1.Metro - Yosodadi 21Biru muda
2.Metro - Purbolinggo, Lam-TimBiru muda
3.Metro - Tejosari 24Merah hati
4.Metro - KampusMerah hati
5.Metro - Sekampung, Lam-TimMerah hati
6.Metro - TrimurjoAbu-abu
7.Metro - Dist. 21cUngu
8.Metro - Wates, Lam-TengKuning
9.Metro - Punggur, Lam-TengBiru
10.Metro - Tegineneng, PesawaranAbu-abu
11.Metro - Simbarwaringin, Lam-TengAbu-abu
12.Metro - Dist. 16cOrange
13.Metro - Ganjar AgungAbu-abu
14.Metro - Dist. 38, Lam-TimMerah hati
*( Dist. = Distrik[sunting | sunting sumber]

Bus[sunting | sunting sumber]

Kota Metro memiliki satu terminal bus besar yaitu Terminal Induk Mulyojati 16C yang merupakan Terminal Terbesar di Kota Metro dan salah satu tersibuk di Lampung, selain itu terdapat Terminal Kota Metro yang berada di Kompleks Pertokoan Distro, Metro Pusat.
Terminal Induk Mulyojati 16C melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh (AKAP) yang melayani rute ke kota-kota di Sumatera dan Jawa. Terminal Induk Mulyojati 16C belum pernah dikalukan renovasi sejak pertama dibangun, sehingga kesan kumuh dan tak terawat nampak jelas di terminal ini. Namun, beberapa calon penumpang masih betah memasuki area terminal terbesar di kota itu. Sejauh ini keadaan teminal sudah cukup kondusif ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Di dalam terminal sudah tidak ada lagi tindakan-tindakan yang dapat menggangu kenyamanan dan keamanan para penumpang.[23]

Jalan tol[sunting | sunting sumber]

Saat ini sedang dibangun Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar yang telah dimulai pengerjaannya sejak 30 April 2015, dari Bakauheni (Lampung Selatan) hingga Terbanggi Besar (Lampung Tengah) sepanjang 139 kilometer. Sayangnya, tol yang direncanakan tidak melewati kota ini. Namun, terdapat 10 Pintu Tol yang mengarah ke Kota Metro Melalui Batanghari Ogan, Pesawaran yang dimana pintu tol tersebut dinamakan Pintu Tol Metro[21].
Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) menargetkan dan memulai membentuk Blueprint atau cetak biru berupa kota yang akan berpotensi menjadi kota metropolitan di Provinsi Lampung salah satunya adalah Kota Metro, ini didukung dengan 10 Pintu gerbang tol menuju ke Kota Metro tersebut. Adapun biaya pembangunan ini, diprediksi mencapai Rp 53 triliun, termasuk pembebasan lahan dan konstruksi sekira Rp30 triliun.[25]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Bagi yang berminat kuliah di perguruan tinggi di kota ini, terdapat beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta.

Perguruan Tinggi Negeri[sunting | sunting sumber]

Perguruan Tinggi Swasta dan Akademi[sunting | sunting sumber]

Pemerintah Kota Metro telah mengupayakan agar Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum di Metro (tidak lagi difungsikan dan menjadi Universitas Terbuka) namun beredar kabar rencana tersebut dibatalkan.

Sekolah Dasar[sunting | sunting sumber]

Sekolah Menengah Pertama[sunting | sunting sumber]

Sekolah Menengah Atas[sunting | sunting sumber]

Media massa[sunting | sunting sumber]

Televisi[sunting | sunting sumber]

Kota Metro juga memiliki beberapa terdiri dari 21 buah stasiun televisi bersiaran nasional dan lokal.

Telekomunikasi[sunting | sunting sumber]

Telekomunikasi dan jaringan sudah berjalan dengan baik Seperti jaringan telpon, internet Kabel Fiber Optik berkecepatan tinggi dan jaringan 4G LTE untuk beberapa operator telekomunikasi sudah berjalan dengan baik seperti Telkomsel dan Smartfren. Selebihnya jaringan HSPA, EVDO, 3G, 1x dan 2G (EDGE) sudah 100% didukung oleh seluruh operator GSM dan CDMA terkemuka . Ini semua untuk menunjang fasilitas publik dan Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan yang unggul dan masyarakatnya yang sejahtera.

Radio[sunting | sunting sumber]

  • Radio Ramayana, FM
  • Radio Kartika, FM 99,5
  • Radio SSB FM
  • Radio Metropolis
  • Radio Duta Paramita
  • 98.0MHz Radio Yasfi Kota Metro

Kondisi alam[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Kota Metro memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
UtaraPunggur dan Pekalongan
SelatanMetro Kibang
BaratTrimurjo
TimurPekalongan dan Batanghari

Kondisi tanah[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Metro merupakan wilayah yang relatif datar dengan kemiringan <6°, tekstur tanah lempung dan liat berdebu, berstruktur granular serta jenis tanah podzolik merah kuning dan sedikit berpasir. Sedangkan secara geologis, wilayah Kota Metro di dominasi oleh batuan endapan gunung berapi jenis Qw.

Iklim[sunting | sunting sumber]

Metro
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
349
 
30
22
 
 
300
 
31
22
 
 
288
 
31
23
 
 
196
 
32
23
 
 
142
 
32
22
 
 
126
 
31
22
 
 
91
 
31
22
 
 
91
 
31
22
 
 
96
 
31
22
 
 
119
 
32
22
 
 
189
 
32
23
 
 
304
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: Climate-Data.org [22]
Wilayah Kota Metro yang berada di Selatan Garis Khatulistiwa pada umumnya beriklim humid tropis dengan kecepatan angin rata-rata 70 km/hari. Ketinggian wilayah berkisar antara 25–60 m dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 26 °C 34 °C, kelembaban udara 80%-91% dan rata-rata curah hujan per tahun 2.264 sampai dengan 2.868 mm.
[sembunyikan]Data iklim Metro
BulanJanFebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNovDesTahun
Rata-rata tertinggi °C (°F)29.9
(85.8)
30.6
(87.1)
31.2
(88.2)
31.7
(89.1)
31.6
(88.9)
31.3
(88.3)
31.1
(88)
31.2
(88.2)
31.4
(88.5)
31.9
(89.4)
31.7
(89.1)
30.8
(87.4)
31.2
(88.2)
Rata-rata terendah °C (°F)22.4
(72.3)
22.4
(72.3)
22.6
(72.7)
22.5
(72.5)
22.3
(72.1)
21.8
(71.2)
21.7
(71.1)
21.6
(70.9)
22.0
(71.6)
22.2
(72)
22.6
(72.7)
22.5
(72.5)
22.2
(72)
Presipitasi mm (inci)349
(13.74)
300
(11.81)
288
(11.34)
196
(7.72)
142
(5.59)
126
(4.96)
91
(3.58)
91
(3.58)
96
(3.78)
119
(4.69)
189
(7.44)
304
(11.97)
2.291
(90,2)
Sumber: Climate-Data.org [23]

Penggunaan lahan[sunting | sunting sumber]

Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokan ke dalam dua jenis penggunaan, yaitu lahan terbangun (build up area) dan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lain-lain.
Kawasan tidak terbangun di Kota Metro didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis yang mencapai 2.982,15 hektar atau 43,38% dari luas total wilayah. Selebihnya adalah lahan kering pekarangan sebesar 1.198,68 hektar, tegalan 94,49 hektar, dan sawah non irigasi sebesar 41,50 hektar.